Senin, 27 Agustus 2007

ULKUS - Derita Seputar Usus


Lambung dan usus merupakan kawan senasib. Kalau ada makanan enak yang melewatinya, keduanya akan bekerja keras untuk “melumatnya” tanpa basa basi. Sebaliknya, bila makanan kelewat pedas, mengandung kuman atau malah tidak ada sama sekali yang lewat, mereka justru akan didera luka.
Selanjutnya harus bagaimana?

Seorang pria berusia 41 tahun menyantap gulai kepala ikan kakap kegemarannya di sebuah restoran padang tiba-tiba pria hampir paruh baya ini merasakan perutnya sakit sekali. Pola makan pria ini memang amburadul. Kadang makan terlalu banyak, kadang kelewat jam makan. Alhasil, begitu menghadap dokter ia dirujuk ke bagian gastroenterology, karena divonis menderita ulkus peptikum.

Fenomena ini bak potret masyarakat modern kita. Seiring dengan perubahan status sosial, pola makan pun ikut berubah. Makan sepuasnya, makan yang enak-enak bahkan mencicipi minuman keras dan kafein.

Ulkus peptikum itu luka berbentuk bulat atau oval berwarna kemerahan. Terjadi karena selaput dinding lambung tergerus asam lambung dan cairan percernaan. Pada kasus pria tersebut, bagitu makanan masuk ke lambung, otomatis produksi asam lambung semakin banyak, ditambah adanya luka, rasa sakitpun kian menjadi-jadi.

Ada dua ulkus yang lazim menyerang.
Ulkus duodenum (luka di usus dua belas jari) yang paling sering terjadi, dan Ulkus gastrikum yang terjadi sepanjang lengkungan lambung bagian atas. Dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A, ahli gastro anak pada RSAB Harapan Kita, menyebutkan penyakit ini dapat bisa menyerang orang dewasa sampai usia tak terbatas. Langganannya memang orang dewasa, tapi bukan berarti tak pernah menyerang anak-anak. Meski jarang, pernah Dr. Eva mendapati anak berusia dua tahun menderita penyakit ini.

Erosi Obat

Biasanya, yang menyerang anak-anak itu ulkus duodenum yang disebabkan kuman Helicobacter pylori. Penularannya akibat kontak erat dengan orang tua atau kakek nenek. “Koloni kuman ini ada di dalam mulut,” jelas Dr. Eva. “Ketika menyuapi anak, kebiasaan kita, jika makanan masih panas, lalu ditiup-tiup supaya lekas dingin. Malah ada yang dimamah dulu, setelah halus baru diberikan ke anak. Ini berbahaya! Atau saking gemasnya si anak dicium-cium, hingga terkena percikan air ludah.”

Pada orang dewasa yang sekresi asam lambungnya berlebihan ulkus cenderung lebih gampang terjadi. Luka itu terbentuk akibat rusaknya mekanisme pertahanan tubuh yang melindungi duodenum dan lambung dari serangan asam lambung. Namun, apa penyebab pasti kerusakan itu masih belum diketahui. Seperti dijelaskan Dr. Eva, kuman H. pylori hingga kini masih disangka sebagai biang keladi terjadinya ulkus peptikum. Belum terdeteksi cara bakteri ini beraksi. Perkiraan sementara, mengintervensi sistem pertahanan lambung atau memproduksi toksin yang menyebabkan ulkus.

Masih menurut Dr. Eva yang mendalami gastro anak di Amerika Serikat (1995 - 1997), pasien ulkus gastrikum umunya berusia lebih tua ketimbang penderita ulkus duodenum. Pada orang-orang berumur, sejumlah obat-obatan dapat menyebabkan erosi dan ulkus lambung, antara lain, aspirin, ibuprofen, dan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya. Memang, erosi dan ulkus ini bias sembuh bila obat dihentikan, tapi akan kambuh lagi bila penderita meminumnya lagi.

“Selain kuman H. pylori dan Hyper sekresi asam lambung yang tidak ditangani dengan baik juga akan menyebabkan dinding lambung lecet kemerahan, lama-lama luka jadi dalam dan menjadi tukak”, ujar Dr. Eva.Yang merangsang produksi asam lambung adalah keadaan stres dan tak mau makan sama sekali, sebab asam lambung keluar tapi tidak ada yang dicerna. Makanya, asam ini jadi melukai usus.

Lantaran berhubungan dengan jalur pencernaan, yang berpotensi terjangkit tentulah mereka yang memiliki kebiasaan makan tak teratur atau makan hanya selagi sempat dan mau saja. Apalagi lebih memilih tidak makan kalau lauk pauknya tidak membangkitkan selera. Dengan kata lain, orang yang teramat kejam terhadap perutnya sendiri. Disamping itu faktor selera pedas juga berperan. Jadi, celakalah mereka yang hanya mau makan jika di meja makan tersedia makanan pedas nan merangsang lidah dan penuh lada.
Yang menarik, Dr. Eva juga mensinyalir kuatnya faktor genetik di antara para penderita.

Tiga Komplikasi

Gejala yang dirasakan penderita tergantung pada lokasi ulkus dan usia penderita. Susahnya, ternyata ada yang tidak menampilkan gejala sama sekali. Soalnya, ulkus itu bias sembuh dan kambuh begitu saja. Namun secara umum, hampir setengah penderita ulkus duodenum merasa nyeri, panas, lapar dan perih. Nyeri biasanya terjadi saat perut kosong atau beberapa saat setelah bangun tidur. Nyeri itu tak putus-putus dan hanya muncul di bagian tertentu. Setelah minum susu, makan atau minum antacid, barulah nyeri pergi dan kembali 2 – 3 jam kemudian.

Rasa nyeri juga bias datang sekitar pukul 01.00 – 02.00 pagi selama satu hingga beberapa minggu. Anehnya, nyeri itu bisa hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tapi, dua tahun kemudian misalnya, kambuh lagi. Sementara gejala ulkus gastrikum berbeda dengan ulkus duodenum. Makan justru menambah rasa nyeri, ketimbang menghilangkannya. Biasanya ulkus menyebabkan pembengkakan pada jaringan yang menuju ke usus kecil, sehingga menghalangi pengosongan makanan dari lambung. Hal ini menimbulkan rasa kembung, mual atau muntah setelah makan.

Penyakit kambuhan seperti ini tentu sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada kasus tertentu, malah bisa meningkat menjadi kanker usus. Makanya, harus cepat diatasi, sebelum kena komplikasi penetrasi, perforasi dan perdarahan. Pada penetrasi, ulkus menembus lapisan otot lambung atau duodenum sampai ke hati atau pankreas. Timbul nyeri hebat terus-menerus, dirasakan diluar arena yang terkena.. Misal, ulkus duodenum yang menembus pankreas, nyeri terasa di punggung. Bila pengobatan tak menyembuhkan, terpaksa harus dioperasi.

Sementara perforasi biasa terjadi pada ulkus duodenum, menembus dinding, dan membuat lubang terbuka ke rongga perut. Rasa nyerinya tiba-tiba, amat sangat dan tak henti-henti. Penderita merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu. Nyeri bertambah hebat bila bernafas dalam. Karena sedikit mengubah posisi membuat nyeri semakin hebat, sebaiknya penderita berbaring dan diam. Saat ditangani dokter, perut terasa nyeri bila disentuh dan makin sakit jika mendadak dokter melepas tekanannya. Jika disertai demam, berarti terjadi infeksi. Bila tak cepat ditangani, akan timbul shock, yang harus diatasi segera dengan jalan operasi.

Komplikasi berikutnya, perdarahan, paling sering terjadi. Penderita memuntahkan darah merah segar, atau gumpalan merah kecokelatan. Jika buang air besar, feses berwarna hitam atau ada darah segar. Meski termasuk gejala ulkus, perdarahan bisa saja berasal dari tempat lain di saluran pencernaan. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan sulit dihentikan, pengobatan diberikan dengan antagonis H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan agar saluran pencernaan dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat atau terus-menerus, dokter dapat menggunakan endoskop untuk menyuntikkan obat. Bila masih gagal juga, terpaksa dilakukan pembedahan.

Untuk mengantisipasi mengganasnya ulkus, dokter punya beberapa pilihan. Pertama, endoskopi melalui mulut untuk melihat langsung ke dalam lambung. Khusus pemeriksaan ulkus duodenum dan dinding belakang lambung, endoskopi lebih dapat dipercaya ketimbang sinar-X. Juga lebih disarankan buat pasien beriwayat operasi lambung. Cara kedua, menggunakan rontgen dengan kontras barium alias barium swallow atau seri gastrointestinal atas. Cara ini dipakai jika proses endoskopi tak menemukan ulkus.

Cara ketiga, analisis lambung, yaitu pemeriksaan dengan menghisap cairan lambung atau duodenum, sehingga jumlah asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan bila ulkus sangat parah atau penderita dijadwalkan untuk menjalani operasi. Terakhir, tes darah. Walau tidak dapat mendeteksi ulkus, tes dapat menunjukkan ada dan tidaknya anemia akibat perdarahan dari ulkus. Pemeriksaan darah juga dapat mendeteksi adanya kuman H pylori.

TIPS

3 Langkah Amankan Lambung :
Makan teratur, sehari tiga kali, dengan porsi secukupnya. Ditambah makanan kecil pukul 10.00 dan pukul 16.00. Dengan jadwal makan macam ini, tiga jam sekali perut terisi, sehingga bioritme produksi asam lambung teratur. 
Hindari mengkonsumsi kafein, soft drink, atau minuman lain yang merangsang asam lambung.
Jauhkan diri dari makanan merangsang, seperti sambal sangat pedas, lada dan sebagainya.

Oleh Dharnoto
Intisari edisi Mei 2004