Rabu, 28 Mei 2008

VITAMIN B – Cegah Kelelahan Otot


Diketahuinya vitamin B1 (thiamin) sebagai vitamin yang bertanggung jawab terhadap beri-beri, membuat vitamin ini menarik perhatian para ilmuwan untuk menelitinya. Dari penelitian-penelitian lanjutan diketahui vitamin ini juga bisa memperbaiki metabolisme karbohidrat yang menghasilkan tenaga dan mengurangi penumpukan asam laktat pada otot yang mengalami kelelahan. Hasilnya, orang yang mengkonsumsinya dalam jumlah cukup akan merasa fit atau tidak lesu lantaran kurang tenaga.

Sumber energi bagi tubuh terutama berasal dari karbohidrat makanan yang dikonsumsi. Dalam proses metabolismenya, karbohidrat akan dipecah menjadi adenosine trifosfat (ATP). Dalam senyawa ini terikat dua gugus fosfat tambahan yang diikat oleh ikatan kaya energi. Dalam proses metabolisme selanjutnya gugus fosfat itu dilepas serta dihasilkan adenosine difosfat (ADP) dan energi. Energi inilah yang digunakan tubuh untuk melakukan aktivitas.

Dalam metabolisme karbohidrat, thiamin berperan mengikat gugus fosfat dari ATP sehingga terbentuk koenzim thiamin pirofosfat (TPP). Koenzim ini diperlukan dalam proses pemecahan glukosa menjadi asam piruvat dan selanjutnya menjadi asetilkoenzim A. TPP juga berperan dalam pelepasan CO2 dan mencegah penimbunan asam piruvat dalam sel tubuh yang menyebabkan kelelahan. Kekurangan thiamin akan menghambat rangkaian proses tadi, sehingga ketersediaan energi jadi terganggu.
Karena itu, orang yang sangat aktif memerlukan thiamin lebih banyak ketimbang yang kurang aktif. Demikian pula yang menerima asupan karbohidrat (kalori) lebih banyak memerlukan thiamin lebih banyak. Thiamin yang lebih banyak itu diperlukan untuk metabolisme yang lebilh berat akibat aktivitas dan konsumsi karbohidrat yang lebih banyak tadi.

Dalam bahan alami, vitamin B1 banyak ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian, yang merupakan bahan pangan pokok di seluruh dunia. Selain dalam biji-bijian, thiamin juga banyak ditemukan pada daging sapi. Vitamin ini sering pula ditambahkan pada biji-bijian atau makanan dalam kemasan yang dimasak sampai matang. Kita mungkin tidak tahu mendapatkan thiamin kalau tidak membaca pada label kemasannya.

Untuk mengatasi kekurangan vitamin yang larut dalam air ini para ahli berusaha menyediakannya sebagai suplemen. Yang mula-mula ditemukan adalah thiamin HCl. Persenyawaan ini di dalam saluran pencernaan ternyata diurai oleh enzim aneurinase, sehingga penyerapannya terbatas. Dari penelitian diketahui, 50 mg thiamin HCl yang diminum secara oral, Cuma 15 mg yang diserap tubuh (Goldman & Gilman).

Berikutnya ditemukan allithiamin atau alliamin (TAD), yakni thiamin yang bersenyawa dengan unsure utama bawang putih, allicin. Allicin adalah senyawa pemberi aroma khas bawang putih yang dihasilkan dari alliin melalui suatu proses kerja enzim allinase selama penghalusan bawang putih segar. Allicin itu kemudian disenyawakan dengan thiamin dalam medium alkali ringan membentuk allithiamin. Allithiamin ini dihasilkan dalam bentuk kristal pada tahun 1951 sebagai hasil penelitian bersama fujiwara dan Matsukawa dan formula strukturnya sudah baku.

Persenyawaan thiamin dan allicin ini kebal dari pengaruh aneurinase, sehingga penyerapannya dapat maksimal. Artinya, dia bekerja lebih baik ketimbang thiamin HCl. Setelah diserap oleh tubuh, dikonversikan menjadi bentuk aktif thiamin yaitu, ko-karbosilase, yang membantu proses produksi energi tubuh. Dengan demikian keterbatasan penyerapan thiamin praktis dapat diatasi.

Generasi berikutnya adalah TPD, thiamin propyl disulfide. Bentuk thiamin ini diserap lebih baik di saluran cerna, bertahan lebih lama di dalam tubuh dan dikeluarkan dalam jumlah lebih sedikit melalui feses. Sayangnya, aroma bawang putihnya cukup kuat. Karena aroma ini orang tertentu sulit menerimanya. Bau itu kemudian dicoba untuk dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Setelah melalui penelitian beberapa tahun, pada 1958 oleh Yarugi dkk. berhasil disintesis suatu unsure yang nyaris tak barbau bawang putih dan tetap memiliki semua kelebihan TPD. Nama thiamin generasi terakhir ini adalah TTFD atau disebut juga fursulthiamin.



Oleh (*/Gde/Djs)
Intisari edisi Desember 1998

Kamis, 15 Mei 2008

WASPADAI – Di Balik Rasa Nyeri

Ia memang bukan penyakit meski menimbulkan rasa sakit. Yang ringan boleh dioles dengan obat gosok atau krim anti-nyeri. Tetapi yang berat dan akut jangan diabaikan. Siapa tahu dibalik sinyal tubuh bernama nyeri ini ada gangguan atau penyakit serius sebagai biang keladi yang perlu segera ditanggulangi.

Kalau melihat perawakannya, Bu Amah (60) cukup sehat. Tapi, wajahnya kelihatan menahan nyeri yang tak tertanggulangkan. Menurut penuturannya, dua tahun yang lalu ia pernah tertabrak sepeda motor sampai kepalanya terantuk aspal jalanan. Ia tidak muntah-muntah, sehingga petugas sebuah rumah sakit menyuruhnya pulang begitu selesai diperiksa. Ia juga tidak disarankan untuk scanning kepala, karena diperkirakan tidak menderita gegar otak.
Namun, setelah peristiwa itu berlalu, rasa nyeri kerap mendera bagian kanan wajahnya. Bahkan terkadang ia merasa baal. “Saya merasa terbantu setelah diurut. Tapi tukang urutnya sekarang sudah tak ada dan nyeri saya kambuh lagi”, katanya. Ketika berkunjung ke dokter, ia disarankan berobat di sebuah klinik nyeri.

Saraf Lapor Ke Otak

Rasa nyeri itu bukan penyakit melainkan akibat dari bagian tubuh yang mengalami sakit. “Nyeri itu merupakan manifestasi dari bagian tubuh kita yang patologis”, kata dr. Ali Sahab, ahli bedah saraf yang kini membuka Klinik Nyeri Cansebu di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta.

Persisnya, nyeri yang memiliki gradasi mulai dari rasa tak enak yang ringan sampai yang akut, merupakan hasil stimulasi ujung saraf sensorik akibat terjadinya perlukaan atau penyakit. Saraf inilah yang “melapor” ke otak sehingga kita merasa nyeri. Dengan adanya laporan berbentuk nyeri ini tubuh yang mengalami ketidakberesan bisa diketahui.
Ambil contoh, bila terasa nyeri di tangan, itu bisa karena ketidakberesan saraf otonom, atau akibat kontraksi pembuluh darah karena kekurangan oksigen. Nyeri di kepala bisa merupakan manifestasi sakit maag, sakit gigi, sinusitis, kelainan otot-otot tengkuk, atau kelainan pada akomodasi mata sehingga menimbulkan ketegangan otot-otot mata. Jadi, nyeri di kepala bisa menjadi tanda adanya penyakit atau gangguan yang berbeda-beda. Belum lagi nyeri di tempat-tempat lain.
Seperti Bu Amah, pasien yang datang ke klinik nyeri itu kebanyakan sudah memasuki taraf kronis. Artinya, nyeri sudah disandang pasien lebih dari dua bulan. Biasanya mereka telah berobat ke banyak tempat dan memiliki data-data sehingga pihak klinik tidak perlu memeriksa dari awal.

Klinik nyeri antara lain bertugas melacak sebab-sebab timbulnya rasa nyeri. Begitu ketahuan penyebabnya, pasien dioper ke dokter ahli untuk ditanggulangi. Jika setelah diperiksa pasien menderita nyeri akibat gangguan akomodasi mata, misalnya, ia dikirim ke dokter mata. Bila nyeri akibat rangsangan otot-otot leher sehingga terjadi kekejangan atau kekakuan, dan diduga itu semua akibat adanya saraf yang terjepit, pasien dikirim ke dokter bedah saraf. Begitu seterusnya.
Pengetahuan tentang nyeri begitu luas dan kompleks sehingga masih harus didalami lebih jauh di tanah air. “Saya menggeluti nyeri ini sejak tahun 1988, tiga tahun setelah lulus sebagai dokter bedah saraf. Saya juga mendalaminya dengan pergi ke pusat-pusat klinik nyeri di luar negeri sambil membanding-bandingkan antara satu negara dengan yang lain”, kata dr. Ali Shahab, yang juga bertugas di RSPAD Gatot Subroto.

Gatal, Bentuk Paling Ringan

Bentuk nyeri yang paling ringan berupa rasa gatal. Itu merupakan tanda alergi atau ada yang tak beres di kulit.
Sementara bentuk nyeri yang lain adalah allodenia. Nyeri yang satu ini manifestasinya memang unik. Katakanlah nyeri itu menyerang tangan, misalnya, penderita tidak merasa sakit jika dicubit. Tetapi, hanya dengan sentuhan lembut atau terkena semilir angin saja, nyeri itu terasa amat sangat.

Diagnosis klinis yang sistematis merupakan sisi paling penting dalam mendiagnosis nyeri. Bila sudah diketahui penyakitnya, maka pengobatan pun segera dilakukan. Pengobatan yang paling ringan adalah dengan facet block (memblok) bagian sakit, misalnya dengan suntikan di tulang belakang untuk mengobati saraf ramus dos salis. Atau gangguan saraf di leher diberikan suntikan pada ganglion.

Pengobatan sedapat mungkin dilakukan tanpa operasi. Ini untuk menghindari kegagalan. Di Indonesia memang belum ada data tentang tingkat kegagalan ini. Namun, sebagai gambaran di AS kegagalan akibat operasi itu berkisar antara 30 – 35%. Bisa dibayangkan, jika penderita back pain ada sekitar 500.000 orang dan 20% dioperasi per tahunnya, maka kegagalan 30 – 35% itu berarti menyangkut 30.000 – 35.000 orang. Sehabis operasi bukannya hilang nyerinya, tetapi malah makin bertambah.

Karena itu penanganan operasi selalu merupakan pilihan terakhir. Namun, operasi ini bukan jalan keluar bagi penderita ketegangan otot, meskipun semua problem nyeri banyak yang menyangkut otot. Penderita ketegangan otot dirujuk ke bagian fisioterapi yang akan mengatasinya dengan terapi relaksasi. Misalnya, pasien yang punya riwayat pernah jatuh dan tanpa sadar ototnya menderita perdarahan kecil sampai terbentuk hematoma, yang lama-kelamaan membuat otot tegang akibat terbentuknya jaringan ikat. Dengan kencangnya otot, pembuluh darah di sekitarnya kekurangan oksigen. Terapi relaksasi dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi otot.

Jenis fisioterapi bermacam-macam. Ada yang dibantu dengan alat yang disebut mechanical therapy atau electric therapy seperti ultra short wave, diatermi, atau stimulasi bersama. Selain itu ada juga terapi kombinasi antara terapi mekanik dan stimulasi nonmekanik seperti terapi hidrokinetik atau terapi air. Pasien berendam di air hangat sambil melakukan gerakan-gerakan tertentu yang dianjurkan. Air hangat membuat pembuluh darah pasien melebar sehingga otot-ototnya menjadi lebih santai dan mudah digerakkan.

Apabila pasien sudah diobati rasa nyerinya, direlaksasi ototnya, ia harus dipertahankan kondisinya dengan melakukan medical fitness. Dalam hal ini pasien melakukan gerakan-gerakan tubuh yang dibenarkan secara medis untuk melatih otot dalam mempertahankan kebugaran.
Gerakan yang dianjurkan tergantung pada kondisi pasien. Jika pasien seorang penderita back pain, ia tidak boleh melakukan gerakan yang dapat memperparah penyakitnya, seperti memutar-mutar tubuh ke kanan dan ke kiri dengan gerakan yang keras.

Begitu juga bagi mereka yang telah berusia di atas 40 tahun, latihan yang dilakukan tidak boleh terlalu berat. Karena bila tubuh melakukan kegiatan yang diforsir, kadar asam laktat akan meninggi, sehingga beban yang dipikul otot juga semakin berat. Akibatnya, terjadi kelelahan otot, bisa juga terjadi kram otot. Latihan atau olahraga untuk mempertahankan kebugaran tubuh harus dipilih sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan. Mengkonsumsi makanan yang bergizi serta mengikuti pola hidup sehat menjadi tidak kalah penting.


Oleh Anglingsari SI SK
Intisari edisi Desember 1998

Selasa, 06 Mei 2008

CARA SEHAT – Untuk Langsing

Banyak jalan untuk melangsingkan badan. Misalnya, dengan obat atau jamu pelangsing, teknik sedot lemak, atau gelang silikon. Padahal ada cara yang lebih sehat, mudah, dan murah, yakni dengan berolahraga dan diet rendah karbohidrat. Hati-hati, kegemukan bisa gara-gara virus!


Naiknya bobot badan sering kali bukan fakta yang menggembirakan. Apalagi bagi mereka yang selalu mengutamakan penampilan menarik. Cindy Crawford, misalnya. Wanita model kaliber dunia yang pernah membintangi iklan produk pizza terkenal ini menyatakan, untuk mempertahankan bobot badan ideal agar tetap tampak semampai ia rajin melakukan olahraga loncat tali.
“Olahraga ini mudah dan membantu mempertahankan bobot badan saya”, ujarnya. Bintang film kawakan asal Italia, Sophia Loren, di usia senjanya pun tetap memperhatikan kelangsingan tubuhnya. “Saya mengurangi makan pasta yang selalu dianjurkan para ibu Italia”, ujarnya. “Makan pagi saya ganti dengan buah-buahan. Makan siang dan malam tetap pasta tapi dengan porsi kecil”.

Memang, ada banyak cara menurunkan bobot badan. Ada diet macan yang lebih mementingkan konsumsi daging, diet buah-buahan, membatasi makan nasi dan makanan berkarbohidrat tinggi lain seperti makanan dari terigu, jagung, singkong atau ubi, serta mengurangi konsumsi gula. Banyak juga iklan di media masa yang menjanjikan penurunan bobot badan sampai beberapa kilogram hanya dalam beberapa minggu. Atau, dengan tusuk jarum, sedot lemak, minum jamu, minum teh hijau, dsb.

Begitu beragamnya kiat yang bisa dilakukan, justru sering membuat orang bingung, mana cara yang paling efektif.
Menurut dr. Sadoso Sumosardjuno, D.S.O.R., pakar kesehatan olahraga dan pimpinan Manggala Health Screening Center, Jakarta, menurunkan bobot badan secara sehat, yang terbaik dengan mengatur makan disertai olahraga berupa kombinasi latihan beban dan aerobik.

Bintang film Jane Fonda, penggemar senam aerobik, juga mengakui ampuhnya kiat itu. “Latihan fisik harus dibarengi dengan pengaturan makan”, katanya. Diet rendah lemak dikombinasi dengan aerobik low impact, baginya merupakan satu-satunya cara untuk mengontrol kebugaran dan berat badan. Ia menghindarai daging merah, tapi tetap makan daging ayam, ikan, makanan dari terigu, dan mengkonsumsi banyak sayur. “Walaupun saya bukan atlet tapi badan saya lentur. Kini saya berusaha menambah daya tahan tubuh dengan latihan fisik secara rutin seperti naik sepeda dan berjalan kaki”, tambahnya.

Harus Mencapai Zona Latihan

Dalam berolahraga, menurut Sadoso, yang perlu diperhatikan adalah intesitas latihan, lamanya latihan, serta frekuensi latihan. Takaran intensitas latihan untuk olahraga aerobik, seperti lari ditempat, berenang, bersepeda, bersepeda stasioner, jalan kaki, dan lain-lain dapat diketahui dari denyut nadi. Dengan menghitung denyut nadi, dapat diketahui apakah intensitas latihan sudah cukup atau masih kurang. Denyut nadi dapat dihitung dengan meraba pergelangan tangan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapai adalah 220 minus umur (dalam tahun). Sebaiknya kita berlatih sampai denyut nadi antara 70 – 85% dari denyut nadi maksimal (idealnya 72 – 87%). Bilangan antara 70 – 85% denyut nadi maksimal ini disebut target zone atau zona latihan.

“Kalau berlatih dengan intensitas di bawah 70% dari denyut nadi maksimal, akan kurang tampak manfaatnya. Biasanya kita malah akan menjadi gemuk karena rangsangan nafsu makan akan besar. Berlatih melampaui 85% denyut nadi maksimal pun tidak boleh”, katanya. Misalnya, Anda berusia 45 tahun sebaiknya berlatih sampai denyut nadi antara 126 – 152 per menit yang berarti sudah masuk dalam zona latihan.

Agar ada pengaruhnya terhadap jantung dan peredaran darah, sebaiknya latihan dilakukan hingga mencapai zona latihan dan terus diusahakan berada dalam zona itu paling sedikit 20 – 45 menit. Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari dalam seminggu. Bagi yang kegemukan bisa 5 – 6 hari dalam seminggu. Menurut Sadoso, jalan kaki merupakan salah satu olahraga yang teraman, membakar cukup banyak kalori, mudah, dan murah.

Jangan Ketat-Ketat

Turunnya berat badan tentu saja harus dibarengi dengan kondisi tubuh yang sehat sekaligus bugar. Karena diet yang sehat untuk melangsingkan tubuh, menurut Sadoso, tidak boleh terlalu ketat. Untuk wanita jangan di bawah 1200 kalori dan pria tidak di bawah 1500 kalori.

Dr. Leane, MSc., ahli gizi dari Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, menawarkan cara mudah dan praktis untuk itu. Antara lain, menghilangkan kebiasaan ngemil, terutama camilan bertepung dan bergula tinggi. Membiasakan diri makan setiap tiga jam sekali, tapi dijaga keseimbangan input dan outputnya (porsi makanan yang dikonsumsi seimbang dengan porsi kegiatan yang dilakukan). Membatasi makanan berkarbohidrat tinggi seperti nasi, kentang, singkong, ubi serta makanan dari terigu. Namun, tidak berarti disetop sama sekali karena tubuh memerlukan energi dari karbohidrat untuk metabolisme alias pemecahan zat-zat makanan.

Mengurangi makanan sumber protein seperti ikan, tahu, tempe, daging-dagingan, tidak perlu ketat-ketat. Dengan membatasi asupan karbohidrat, protein dan lemak tidak mudah dipecah karena energi pemecahnya kurang sehingga tidak banyak yang tertumpuk dalam tubuh. Buah-buahan yang tidak mengandung banyak karbohidrat tetapi banyak air macam papaya, belimbing, semangka, jambu, apel sangat dianjurkan. Tapi kurangi konsumsi buah manis seperti pisang, melon, sawo, anggur, mangga karena banyak mengandung fruktosa yang akan menjadi glukosa dalam darah.

Sekadar contoh, pola makan Ina (16) mungkin bisa ditiru. Dengan pola ini bobot tubuhnya yang semula 76 kg dengan tinggi 158 cm bisa berkurang 16 – 17 kg dalam tempo 2 tahun. Pagi hari, ia hanya makan sepotong tahu dan sebutir telur rebus, plus segelas susu tawar tanpa lemak. Siang harinya makan nasi (3 – 4 sendok) dan lauk pauk (sayur, sepotong daging atau ikan, tahu, tempe). Malam hari ia tidak makan nasi sama sekali, hanya sayuran ditambah sedikit lauk pauk. “Makan sayuran memang sangat dianjurkan kalau seseorang ingin menguruskan badan”, ujar Leane. Sebab, sayuran membuat kita gampang kenyang, tahan lama, dan rendah kalori.

Salah satu jenis buah rendah fruktosa boleh ditambahkan di sela jam makan kalau masih lapar. Banyak minum air putih serta mengkonsumsi obat amphetamine dengan dosis tertentu untuk mengurangi keinginan makan. Namun, jika kepala terasa pusing atau jantung berdebar selama minum amphetamine, segera berkonsultasi dengan dokter.

Untuk memenuhi kebutuhan energi, lemak tubuh dipecah menjadi tenaga. Dengan begitu lemak tubuh berkurang dan bobot badan menjadi turun. Agar tubuh lebih kencang, Ina melakukan olahraga apa saja yang disukai. Menurut Leane, penurunan bobot ideal setiap satu minggu sekitar 0.5 – 1.5 kg.
“Penurunan bobot badan jangan terlalu cepat”, ujar kedua dokter tersebut. Kalau sampai bobot turun 5 kg dalam tiga hari, misalnya, penurunan tampak cepat berhasil, tapi akan cepat naik lagi. Naiknya malah lebih cepat dan turunnya semakin lambat. Ini yang dinamakan “sindrom yoyo”, kurus dan gemuk saling bergantian sehingga tekanan darah akan cepat naik, yang berdampak negativ buat jantung.

Untuk orang dewasa bobot badan dibedakan atas bobot badan normal (BBN) dan bobot badan ideal (BBI). BBN pria dan wanita setelah 35 tahun adalah tinggi badan (cm) dikurangi 100. Sedangkan BBI diperoleh dengan mengurangi BBN sebesar 10%-nya.
Ada lagi patokan lain yang disebut Body Mass Index (BMI). Index ini diperoleh dari pembagian bobot badan (kilogram) dengan nilai kuadrat tinggi badan (meter). Menurut Lembaga kesehatan Nasional AS, BMI cara terbaik untuk memperkirakan bobot ideal. Pada wanita angka indeks yang diinginkan antara 21 – 23 dan pria 22 – 24. Kelebihan bobot badan pada wanita terjadi bila angka indeks mencapai angka 27.5, sedangkan pada pria 28.5. Kalau sudah mencapai 31.5 (pada wanita) atau 33 (pada pria), maka kegemukan telah mencapai tahap serius.

Program penurunan berat badan perlu dikombinasi dengan olahraga, sebab menurut kedua pakar itu, dengan diet makanan saja ternyata berkurangnya bobot badan tidak semuanya akibat menyusutnya lemak (63%) tetapi juga otot alias daging kita (37%). Kalau jaringan otot makin berkurang, kebutuhan kalori jadi lebih sedikit dan kecepatan metabolisme menjadi lebih rendah sehingga mudah menjadi gemuk kembali. Tambahan lagi, kalau terkikis terus, otot akan mengecil dan kondisi tubuh kita tidak akan stabil.

Awas Obat Sembarangan

Penurunan bobot badan dengan olahraga dan diet itu syaratnya disiplin yang tinggi. Tak heran kalau banyak orang lebih suka potong kompas. Misalnya, dengan teknik sedot lemak.

Cara ini, menurut Sadoso, bisa membantu melangsingkan tubuh, tapi kalau pola makan tidak diubah, tubuh gampang menjadi gemuk lagi. Juga, penyedotan yang berulang kali akan meninggalkan bekas penusukan jarum. Menurut Sadoso, cara ini juga mustahil bisa mengecilkan bagian-bagian tertentu misalnya betis yang besar. Sebab, pada kegemukan alamiah bobot serta ukuran tubuh biasanya terbagi rata. Apalagi kalau memang tulangnya besar.

Jalan pintas, juga dilakukan akibat rayuan iklan obat atau ramuan pelangsing. Obat atau ramuan itu umumnya bersifat diuretik yang membuat peminumnya sering buang air kecil. Jadi, turunnya berat badan lebih disebabkan oleh berkurangnya cairan dalam tubuh lewat urine sehingga ukuran sel-sel tubuh mengecil. Bila ini berlanjut, tubuh akan kekurangan air (dehidrasi) atau fungsi ginjal terganggu. Karena itu, menurut pakar kesehatan, kita harus berhati-hati dengan obat semacam itu. Leane menambahkan, obat diuretik tidak digunakan untuk anak-anak dan remaja.

Jenis obat pelangsing laksans lain lagi. Obat yang bisa menyebabkan dehidrasi ini membuat makanan yang masuk tidak sempat diserap tubuh tetapi langsung dibuang. Obat antigemuk kombinasi antara fenfluramine dan phentermine pernah beredar tetapi kemudian dilarang karena beberapa wanita gemuk yang menggunakannya terkena gangguan serius pada klep jantungnya.

Belum lama ini sebuah asosiasi internasional yang banyak mempelajari obesitas memperkenalkan orlistat. Zat ini, katanya, bisa memblokir setiap enzim yang tugasnya menghancurkan molekul lemak. Karena molekul lemak yang masuk tak dihancurkan, maka ia tidak akan masuk ke dinding usus dan akan keluar begitu saja. Efeknya, begitu orang makan yang mengandung banyak lemak, tak lama kemudian ingin buang air besar. Namun, dengan mengubah pola makan ke makanan yang kurang lemak, efek sampingan ini bisa diatasi.
Orlistat yang khusus untuk orang gemuk itu bisa digunakan selama dua tahun (diminum tiga kali sehari) sesuai petunjuk dokter. Namun, obat ini hanya boleh digunakan bagi mereka yang berhasil menurunkan bobot badan sampai 5% dalam tiga bulan pertama.

Obat itu akan segera dipasarkan di Eropa maupun Amerika. Namun, izin pemasaran di AS masih ditunda setelah sejumlah pakar kesehatan mempertanyakan ada tidaknya resiko penyakit kanker payudara. Di samping itu, menurut Annette Braun dari Organisasi Pangan dan Obat-obatan Jerman, zat itu ikut menghancurkan asam lemak, vitamin A, D dan E yang dibutuhkan tubuh.
Karena itu tidak sembarangan mengkonsumsi obat antigemuk mungkin tindakan bijak. Akan lebih baik lagi kalau berkonsultasi dengan dokter ahli bila hendak melangsingkan badan.


Oleh Nanny Selamihardja
Intisari edisi Juli 1997