Menurut laporan World Cancer Report – WHO bulan April 2003, diperkirakan pada tahun 2020 penderita kanker di dunia akan meningkat 50% menjadi 15 juta orang. Salah satu kanker yang menonjol peningkatan jumlah penderita dan kematiannya adalah kanker usus. Saat ini ada sekitar 1 juta orang penderita baru yang terdeteksi kanker usus ini, dan hampir ½ juta diantaranya meninggal dunia. Di Amerika Serikat, penyakit ini menduduki posisi kedua setelah kanker paru, dengan jumlah penderita baru setiap tahunnya mencapai 130.000 orang dengan kematian 50.000 orang per tahun. Penderita yang terdeteksi tersebut umumnya memang terlambat memeriksakan diri ke dokter, karena pada stadium akhir atau stadium 4, kemungkinan hidup penderita sudah sangat kecil sekali dan tidak dapat disembuhkan.
gaya hidup yang sehat. Perubahan pola makan sehat, melalui kecukupan serat dari sayur dan buah, serta perubahan gaya hidup yang sehat melalui aktifitas fisik, ternyata terbukti mampu menurunkan resiko kanker usus hingga 40%.
Penelitian dari EPIC (European Prospective Investigation into Cancer & Nutrition) dan AICR (American Institute for Cancer Research) pada bulan Mei 2003, melaporkan bahwa kecukupan konsumsi serat pada pola makan setiap hari ternyata dapat mengurangi resiko kanker usus hingga 40% di masyarakat Eropa dan 27% di Amerika Serikat.
Bagaimana dengan kita diIndonesia ?
Data resminya sulit didapat, namun dari dua rumah sakit rujukan, yaitu RSCM dan RS Kanker Dharmais, diperoleh data bahwa RSCM mendapat tambahan 50 pasien baru kanker usus setiap bulannya dan RS Kanker Dharmais menemukan bahwa 6.5% pasien pasien kolonoskopi sudah menderita kanker usus.
Depkes RI melalui hasil penelitiannya tentang konsumsi serat masyarakat Indonesia juga sudah memberikan isyarat-isyarat penting akan potensi bahaya penyakit yang terkait akibat kurangnya konsumsi serat. Ditemukan bahwa konsumsi serat masyarakat kita pada tahun 2001 ternyata lebih rendah dari konsumsi serat masyarakat Eropa dan bahkan Amerika Serikat. Konsumsi serat masyarakat Eropa dan Amerika Serikat sekitar 15 gram per hari, sedangkan masyarakat kita hanya mengkonsumsi serat 10.5 gram per hari. Angka ini sangat memprihatinkan karena kecukupan yang direkomendasikan oleh para ahli kesehatan dunia berkisar antara 25 – 35 gram per hari. Sudah banyak penelitian tingkat dunia yang melihat kaitan yang amat erat antara kurangnya konsumsi serat dengan berbagai macam penyakit seperti; susah Buang Air Besar, wasir, kanker usus, kegemukan, kolesterol dan diabetes mellitus.
Penelitian oleh para dokter di North California, Amerika Serikat, pada Juni 2003 menemukan bahwa susah Buang Air Besar atau konstipasi meningkatkan resiko kanker usus hingga 2 kali lipat.
Pola Makan Kaya Serat Turunkan Resiko Kanker Usus
Namun dibalik fakta yang menakutkan, laporan kesehatan memberikan setitik harapan bahwa penyakit tersebut dapat dicegah melalui perubahan pola makan danBagaimana dengan kita di
Data resminya sulit didapat, namun dari dua rumah sakit rujukan, yaitu RSCM dan RS Kanker Dharmais, diperoleh data bahwa RSCM mendapat tambahan 50 pasien baru kanker usus setiap bulannya dan RS Kanker Dharmais menemukan bahwa 6.5% pasien pasien kolonoskopi sudah menderita kanker usus.
Penelitian oleh para dokter di North California, Amerika Serikat, pada Juni 2003 menemukan bahwa susah Buang Air Besar atau konstipasi meningkatkan resiko kanker usus hingga 2 kali lipat.
TIPS
Bila ingin terhindar dari resiko kanker usus dan memiliki kesehatan jangka panjang yang baik, biasakan untuk :- Berolahraga dengan teratur
- Biasakan Buang Air Besar setiap hari dan hindari mengejan
- Makan sayur dan buah 4 porsi setiap hari
- Bila kurang sayur dan buah, dapat digunakan suplemen serat dengan jumlah dan cara pemakaian yang benar
Intisari Edisi Des 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar